JAMBI - Merujuk rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan Inflasi Provinsi Jambi pada Bulan Januari 2024 mengalami inflasi sebesar 0,83 persen (mtm).
Dalam rilis pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, yang diterima Petajambi.com, Selasa (13/2), capaian tersebut masih terkendali ke dalam rentang sasaran target inflasi 2024 di 2,5 persen ± 1 persen. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,04 persen (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, inflasi Provinsi Jambi utamanya disumbang oleh daging ayam ras, beras, ikan serai, tomat dan kentang. Secara tahunan Provinsi Jambi tercatat mengalami inflasi sebesar 2,99 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 2,57 persen.
Peningkatan harga komoditas penyumbang inflasi, khususnya daging ayam ras diindikasi terjadi seiring meningkatnya harga jagung yang merupakan bahan baku utama pakan ayam pedaging.
Tingginya tingkat curah hujan di Provinsi Jambi dan peningkatan debit air dari Sumatera Barat menyebabkan melupanya Sungai Batanghari dan banjir di sebagian besar kabupaten/kota sehingga berdampak pada terganggunya sentra produksi dan distribusi kelompok makanan seperti beras, tomat dan kentang.
Selain itu, banjir juga mengganggu stabilitas pasokan ikan serai yang berdampak pada peningkatan harga. Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah, dan bensin.
Penurunan harga bensin disebabkan oleh penyesuaian kebijakan penetapan harga BBM non-subsidi oleh Pertamina yang turun dalam rentang Rp450 hingga Rp1.100 per liter.
Peningkatan intensitas sidak harga dan operasi pasar oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota se-Provinsi Jambi, diikuti dengan penyaluran subsidi ongkos angkut yang meningkatkan pasokan di lapangan, dapat menahan harga komoditas cabai merah dan bawang merah.
Daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kota Jambi dengan andil sebesar 0,27 persen. Diikuti oleh komoditas lain seperti cabai merah (andil 0,11 persen), tomat (andil 0,08 persen), tahu mentah (andil 0,04 peraen) dan kentang (andil 0,04 persen). Di sisi lain, inflasi lebih tinggi tertahan oleh penurunan bensin (andil -0,03 persen) diikuti komoditas beras (andil -0,02 persen), ikan dencis (andil -0,02 persen), ikan nila (andil -0,02 persen) dan minyak goreng (andil -0,02).
Sedangkan di Kabupaten Bungo, daging ayam ras juga merupakan komoditi penyumbang inflasi terbesar dengan andil sebesar 0,12 persen. Diikuti oleh komoditas lain yaitu tomat (andil 0,11 persen), jengkol (andil 0,10 persen), emas perhiasan (andil 0,06 persen) dan ikan Cakalang/ikan Sisik (0,02 persen).
Namun demikian inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai rawit (andil -0,11 persen), cabai merah (andil -0,04 persen), bawang merah (andil -0,04 persen), telur ayam ras (andil -0,04 persen) dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu (andil -0,03 persen).
Adapun untuk Kabupaten Kerinci, beras merupakan komoditi penyumbang inflasi terbesar dengan andil sebesar 0,70 persen. Diikuti oleh komoditas lain yaitu daging ayam ras (andil 0,51 persen), ikan serai (andil 0,49 persen), jengkol (andil 0,20 persen) dan wortel (0,16 persen).
Namun demikian inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga cabai merah (andil -0,71 persen), bawang merah (andil -0,21 persen), buncis (andil -0,09 persen), tahu mentah (andil -0,08 persen) dan cabai rawit (andil -0,07 persen).
Ke depan, tekanan inflasi masih harus diwaspadai seiring dengan masih terjadinya banjir dan peningkatan debit air di sepanjang sungai Batanghari, serta berlanjutnya penyesuaian harga rokok akibat peningkatan tarif cukai hasil tembakau (CHT).
Selain itu, inflasi juga diprakirakan masih terjadi seiring peningkatan permintaan komoditas angkutan udara dan bahan pangan sejalan dengan adanya beberapa momentum hari libur nasional seperti HBKN Isra Mikraj, Tahun Baru Imlek dan Pemilu Presiden periode 2024-2029.
Dalam rangka memitigasi risiko dimaksud, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi terus melanjutkan sinergi dengan pemerintah daerah melalui TPID dan Tim Satgas Pangan serta melanjutkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi.(*)
Sumber: Kantor Perwakilan BI Jambi