JAMBI - Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Institut Pertanian Bogor bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Mendorong Karbonisasi Tandan Kosong Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah pada perkebunan sawit di Jambi.
Dalam Workshop yang digelar IPB dan BPDPKS di salah satu hotel di Jambi, Selasa (2/7), merupakan kegitan tahun kedua dimana pada tahun sebelumnya telah dilaksanakan rangkaian dari kegiatan Workshop di 3 kota yaitu Pekanbaru pada 14 November 2023, Medan 21 November 2023 dan Palangkaraya pada 28 November 2023).
Pada Tahun 2024 akan dilaksanakan di 6 Kota yaitu Palembang 26 Juni, Jambi 2 Juli, Padang 5 Juli, Pontianak 9 Juli, Samarinda 11 Juli dan Palu 15 Juli.
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendorong proses karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit yang tepat dan efisien, memberikan informasi karakteristik dan potensi Biochar (Karbon) tandan kosong kelapa sawit sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan sawit, memberikan gambaran manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan terkait pemanfaatan Biochar tandan kosong kelapa sawit, serta memberikan gambaran estimasi penurunan emisi CO2 melalui pemanfaatan Biochar sebagai Soil Conditioner pada perkebunan kelapa sawit.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi petani kelapa sawit dan pabrik CPO terkait potensi dan manfaat Biochar dari tandan kosong kelapa sawit. Kegiatan ini juga didukung Perguruan Tinggi di Jambi, yaitu Universitas Jambi.
Pada tahun 2022, luas areal perkebunan sawit hampir 15,38 juta heltare dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sekitar 47 juta ton. Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan tandan kosong kelapa sawit sekitar 103 juta ton.
Oleh sebab itu Tandan Kosong Kelapa Sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, Prof Erliza Hambali menjelaskan, tandan kosong kelapa sawit dihasilkan pada proses pengolahan Tandan Buah Segar Sawit menjadi CPO. Jumlah biomassa TKKS yang dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 30-35% dari berat buah segar yang diolah.
Saat ini pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit baik oleh Pabrik Kelapa Sawit ataupun oleh masyarakat masih sangat terbatas. Secara komersial pemanfaatannya saat ini adalah untuk kompos, mulsa dan pengerasan jalan-jalan di perkebunan.
"Sebagian besar Tandan Kosong Kelapa Sawit masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh sebab itu perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi," kata Prof Erliza.
Dijelaskannya lagi, salah satu pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sekitar 80% biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100% pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah pupuk kimia.
"Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat berdampak negatif pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit," jelas Prof Erliza.
Menurutnya lagi, kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan proses yang membutuhkan biaya yang terbesar yang harus dikeluarkan dalam kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit.
Pada tanaman sawit kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda. Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2-4 kg/pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun.
Bila diasumsikan 1 hektare kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon/hektare dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/hektare/tahun. Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta hektare, maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun.
"Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidaya perkebunan sawit semakin efisien," ujar Prof Erliza.
Dikatakannya, berbagai usaha sudah dilakukan oleh perkebunan sawit untuk menurunkan biaya pemupukan, seperti penggunaan tandan kosong kelapa sawit untuk mulsa. Namun penggunaan tandan kosong kelapa sawit membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat diserap oleh tanaman sawit dan juga masih membutuhkan biaya yang mahal dalam hal logistik dan distribusi untuk sampai ke kebun-kebun sawit.
Kemudian proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 2-4 bulan, tergantung teknologi yang digunakan. Jumlah pemakaian tandan kosong di lahan perkebunan sawit per pohonnya sebesar 200 kg untuk tanaman menghasilkan, dimana sejumlah tersebut harus ditambahkan setiap tahun. Hal ini tentunya berdampak pada tingginya biaya transportasi tandan kosong sawit ke areal perkebunan.
Selain itu, penggunaan kompos atau tandan kosong kelapa sawit sebagai pupuk organik, menyebabkan berkembangan kumbang tanduk yang dapat menurunkan produktivitas tanaman sawit.
"Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di perkebunan sawit adalah menggunakan Biochar atau Karbon dari tandan kosong kelapa sawit. Biochar hasil proses karbonisasi tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit," jelasnya.
Prof Erliza juga mendorong ke depan ada kebijakan pemerintah daerah Provinsi Jambi dalam pemanfaatan tandan kosong tersebut sehingga bisa dimanfaatkan petani.(*)
Editor: Dodi Saputra